Powered By Blogger

Kamis, 26 Januari 2012

Malam Mingguan versi ABG

Hari ini mengajar di kelas IX  lagi. Lagi-lagi menemukan fakta mencengangkan dari kebiasaan yang di lakukan siswa-siswiku. Saat mereka merengek kepadaku untuk cepat menyelesaikan pembelajaran setiap sabtu sore, mereka mengatakan “ayolah bu pulang cepet, kita kan mau malming”.
Kupikir itu cuma rayuan agar kami cepat selesai belajar karena mereka telah lelah. Tapi sore itu saat rehat sholat ashar, kulihat Tina siswiku yang cantik, berkulit putih, dan tinggi semampai,  sedang berbicara via handphonenya dengan seseorang. Dari kursi guru aku terus memerhatikannya, tapi dia tak bergeming, ia terus mengobrol dengan asiknya. Kemudian kudengar dia bertanya pada lawan bicaranya itu, “ jadi kan malam ini?”. Secara spontan aku bertanya.
” mau kemana tin malam ini?”
 “malam mingguan lah bu...”
“sama siapa?”
“  sama cowo bu, baru sekali ketemu, ya awalnya kenalan lewat sms”
“ udah sebesar apa cowonya?’
“anak SMK bu”
“Mau pergi kemana siy?”
“ ke bukit kemuning, dah banyak lampu kok sekarang”
Bukit kemuning adalah bukit di tempat kami, disana kami  bisa menikmati pemandangan laut dari ketinggian. Bukit itu dikenal sebagai tempat pasangan  berdua-duakan menikmati malam, telah banyak cerita negatif yang ku dengar tentang tempat itu. Dari seorang guru, kudengar dulu ditemukan banyak “pakaian dalam” di sekitar tempat itu. Namun menurut siswaku, itu saat ini di bukit kemuning itu  telah di pasang lampu-lampu jalan untuk menghindari kisah lama itu terjadi lagi. Dari raut wajahnya tak nampak kecemasan sedikitpun ketika ia menggambarkan cerita di bukit itu. Bukit itu pun tak pernah kehilangan daya tariknya karena pemandangannya yang indah.
“ Mending juga di rumah tin, malam ini kayanya mau hujan” kata echi mencoba menggoda Tina.
“ Ngapain dirumah, ga ada kerjaan, bingung juga mau ngapain”
Satu hal yang ku pahami “mereka memilih untuk pergi keluar rumah bersama seseorang yang baru mereka kenal karena mereka tak punya pilihan, mereka tak punya hal yang lebih menaik atau lebih bermakna dalam hidup mereka”
Aku baru bisa menempatkan diri sebagai orang yang memahami mereka, aku belum bisa menawarkan solusi untuk mereka. Maka aku tak memilih untuk melarang mereka, aku hanya bisa katakan “ Jaga dirimu nak”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar