Powered By Blogger

Sabtu, 28 Januari 2012

Kumpulan Kata

 

Memori itu mudah dilupakan maka ikatlah lewat tulisan. (Itan)

Aku percaya, dengan cara dan waktu yang berbeda, hasil pun berbeda.(Itan)

Cinta bisa membuatmu lelah
Cinta bisa membuatmu kalah
Cinta bisa membuatmu merasa bersalah
Cinta bisa membuatmu sangat sedih
Tapi kamu tak bisa lari darinya (itan)

Addicted


Kecanduan adalah suatu bentuk kebahagiaan yang semu.

Candu bisa menjadi alasan untuk tetap bertahan hidup, tak peduli hidup dengan layak atau  tidak.

Rasa bosan membuatmu ingin mengakhiri hidup dengan cepat, maka candu membuatmu mati perlahan.(ItaN)

BErubah..!!!!!!!!


Jika aku tak berubah, maka aku akan kalah (Kotaro Minami)

Yuk Menulis (Pemred Batam POs)

Menulis itu sesungguhnya hanya menunjukkan kebodohanku sendiri. Dengan menulis orang tahu apa yang  tidak ku tahu, kapan aku hanya sok tahu dan mana yang benar-benar aku tahu.

monolog Eun Bi dalam ramyun shop

Maafkan aku ayah...
Aku menentangmu karena aku merasa punya jalan sendiri
Ya. saat itu aku merasa orang yang istimewa
Dan yakin ketika aku dewasa juga akan menjadi istimewa
Tapi tahun berganti
Bertambahnya usia membuatku menyadari   aku bukan orang yang istimewa

Membuat Mereka Belajar


Senang melihat anak-anak berbahagia hari ini. Setelah saya geram mendapati hasil ulangan mereka yang kecil dan saya sudah terlalu lelah melihat mereka mengandalkan satu teman untuk mengerjakan latihan, sedang yang lainnya santai saja. Setelah menyontek mereka bersaing mendapatkan nilai yang bukan nilai diri mereka sendiri.
Maka hari ini dengan harapan besar, saya memberikan setiap siswa soal yang berbeda. Topiknya tentang mengubah bentuk persen menjadi desimal dan pecahan. Dapat diduga yang menyelesaikan soal lebih awal adalah mereka yang nilai ulangannya baik. Setiap dua orang selesai mengerjakan tugas individunya, merek akan bergabung dan menjadi pasangan. Setiap nilai yang mereka peroleh pada tugas pertama harus ditambah atau dikurangi dengan nilai temannya. Diluar dugaan mereka bersemangat mengerjakannya. Dengan mendapat pasangan yang tak terduga yang mereka dapatkan sesuai cepat lambatnya waktu pengerjaan, mereka seperti mendapatkan belahan jiwa. Dengan tingkat pemahaman yang seimbang, mereka jadi percaya diri untuk bekerja sama, saling memberi masukan dan mau mempelajari cara penyelesaian  dari buku bersama sama, mereka memiliki kekuatan yang seimbang. Alhamdulillah tidak ada yang protes dengan pasangannya, semua tampak harmonis dan senang belajar. Ketika mereka berhasil menyelesaikan tugas dengan benar, mereka berjingkrak-jingkrak kegirangan. Kepercayaan diri mereka meningkat, mereka yang sama-sama tidak bisa juga ternyata mampu menyelesaikan soal jika mau berusaha, tak perlu bergantung pada orang yang dianggap lebih hebat meski dengan kecepatan mengerjakan soal yang berbeda.

LIburan Ke Pulau Belakang Padang

 

Libur hari minggu ini, (22 Januari 2012) saya manfaatkan untuk berjalan jalan bersama teman ke sebuah pulau bagian dari kota batam. Namanya pulau Belakang Padang. Untuk menuju pulau ini, kami harus berangkat menggunakan bus kota menuju pelabuhan Sekupang. Bus kota di batam jumlahnya masih terbatas, bus kota hanya melintas setiap satu jam sekali di setiap halte. Kami mulai menunggu bus sejak pukul 12.15 dan bus akhirnya datang sekitar pukul 13.00 di halte yang terdekat dari rumah kami. Dengan membayar 3000 rupiah kami berangkat menuju pelabuhan.
Jalur yang di lalui bus ini tak pernah saya lewati sebelumnya. Bus melewati jalur perbukitan yang lahan di sekelilingnya belum dibuka. Di kanan kiri jalan, mata kami dimanjakan dengan pepohonan yang rimbun, vila-vila tampak berdiri megah di puncak bukit yang lain. Suasana seperti ini bisa dikatakan “sepanjang jalan kenangan”.
Sekitar 30 menit, kami telah sampai di pelabuhan. Kami membeli tiket perahu, orang-orang batam sering menyebutnya pompong, harga tiketnya hanya Rp. 10.000. Tak lama kemudian perahu siap berangkat. Penumpangnya telah penuh. Saya duduk disebelah seorang bapak beretnis cina, dan sepertinya bapa itu bukan pelancong seperti kami. Kenapa?
Karena bapak itu naik perahu dengan tenangnya, duduk dengan tenangnya dan menikmati perjalanan dengna tenangnya. Berbeda dengan kami, ketika naik ke perahu, kami melangkah dengan perasaan was-was, bahkan temanku mengekspresikan rasa takutnya secara terbuka, hingga membuat seorang ibu bersimpati mengulurkan tangannya. Saat telah duduk di perahu kami senyum-senyum sendiri dan dengan sangat antusias kami menunggu perahu segera dilepaskan dari ikatannya. Saat perahu mulai berjalan, tangan saya tak henti-hentinya mencoba menjangkau air laut yang terpercik seiring melajunya perahu, di sepanjang jalan kami tertawa, dan tentu saja mengeluarkan jurus “foto-foto” untuk mengabadikan momen itu.
Perjalanannya sangat menyenangkan, laut pada saat itu cukup tenang, sehingga perahu berjalan dengan stabil. Di tengah perjalannan kami melihat bayangan gedung pencakar langit nampak di balik kabut, temannku bilang” itulah singapura”. Negara tetangga itu punya pesona yang bisa diintip dari kumpulan pulau-pulau kecil bagian dari kota Batam ini.
Perahu pun merapat, di dermaga tampak tulis besar menyamput kedatangan kami “SELAMAT DATANG DI PULAU BELAKANG PADANG, PULAU PENAWAR RINDU KOTA BATAM”. Dengan perasaan senang kami turun dari perahu meskipun tak tahu arah dan tujuan selanjutnya.
Musola adalah tempat tujuan pertama yang melintas dalam benak kami, karena kami belum melaksanakan solat Dzuhur. Tak sulit menemukannya, tepat setelah kami naik ke dermaga, ada sebuah musolah. Musolanya sangat bersih, begitu juga dengan toiletnya, tapi ada satu hal yang aneh, air di tempat wudhunya asiiiiin.
Setelah sholat kami melanjutkan perjalanan memasuki wilayah pulau belakang padang. Keluar dari pintu dermaga, kami menemukan persimpangan. Tentu saja kami tak mampu menentukan kemana kami harus berbelok? menuju kemana? dan sampai kapan? Untunglah di sebelah kanan persimpangan itu telah ada deratan becak yang menunggu penumpang.
Dengan sigapnya temanku bertanya.
“bang kalau mau jalan-jalan keliling pulau berapa ongkosnya?”
“ 50 ribu” kata abang becak
“ga bisa kurang?”
“ dah biasa mba, rutenya juga dah biasa, semuanya dikelilingin, trus nanti kita mampir di pantai”
Teman saya masih ngotot meminta diturunkan harga. Agar tidak berkepanjangan saya segera memotong.
“40 ribu ya bang”
Si abang masih menolak
“ya sudahlah tak usah, kita hubungi temen kita saja” kata temanku
Teman? Yang mana? Sejak kapan kita punya teman di pulau asing ini? Tanyaku dalam hati.
Ternyata pancingan itu mampu membuat abang becak takluk, kami pun menghasilkan kesepakatan “40 ribu, untuk tur keliling pulau”
Tur kami mulai dengan menyusuri jalanan pasar yang telah di isi dengan berbagai ruko, yang pemiliknya kebanyakan beretnis tionghoa. Karena hari itu menjelang imlek, di jalan-jalan telah di pasang lampion-lapion berwarna merah. Tak jauh dari pasar kami melewati sebuah masjid yang menarik perhatian, besar dan asri. Masjid pertama yang kami lihat di sebuah pulau kecil, sangat menenangkan.
Lalu kami mulai masuk ke pemukinan warga, jalanannya cukup lebar, cukup luas untuk lintasan becak dan motor yang berpapasan dengan kami sepanjang perjalanan.
Daerah perumahannya telah tertata dengan rapi dan bersih. Kami bisa melihat seorang kakek yang sedang duduk santai di depan rumah, anak-anak yang sedang bermain dan bapak yang sedang mendorong sepeda yang memuat rumput. Pohon-pohon mangga nampak di setiap halaman rumah, meskipun belum berbuah.
Menuju pantai kami menyusuri bagian pesisir dari pulau ini, banyak hutan bakau yang telah rusak dan berdiri rumah-rumah panggung cantik menggantikanny
Kami melewati beberapa jembatan dan sempat berfoto di salah satu jembatannya.
Becak pun berhenti, kata abangnya kami telah sampai di pantai. Tapi anehnya kami tidak melihat pantai apalagi lautnya. Ketika kami masuk, hanya terlihat orang-orang yang sedang duduk di kursi-kursi semen berpayung dengan kelapa muda di atas mejanya. Haus pun menyergap, tanpa pikir panjang kami langsung memesan kelapa muda tanpa es. Dengan kelapa muda di tangan, kami pun siap bersandai di kursi-kursi itu.
Saat menuju tempat bersantai itulah kami tahu pulau ini tidak memiliki pantai yang landai, dikelilingi hutan bakau, menebang sebagian bakau itulah ada bagian yang bisa disebut pantai. Laut saat itu sedang surut maka kami hampir tak menemukan air laut, hanya ada pasir yang di tutupi hewan-hewan laut bercangkang yang terhampai layaknya bebatuan. Pada beberapa lubang di pasir tampak kepiting yang ketakutan ketika saya berjalan mendekat. Meskipun tak ada air laut untuk berenang, meskipun tak ada ombak yang menyapu kaki, tapi pantai tetaplah pantai, tak pernah kehilangan kekuatan untuk menarik saya tetap bermain. Karena pasirnya, anginnya, pohon kelapanya menyajikan irama alam yang bisa membuat saya tenang dan nyaman. Saya bahkan berjalan di padang pasir yang tak berair itu dan mulai berterik-teriak ketika telah jauh dari pantai.
Kami juga sempat berbincang dengan anak-anak melayu penduduk asli pulau ini. Mereka mulai bercerita tentang singapura,ibu mereka bekerja di sana, kadang pulang dalam setahun tapi kadang tak juga pulang. Ada yang yang menarik dari pendapat mereka tentang negara tetangga itu. “ di singapura itu kiri kanan tembok semua, disini ada pohon, laut dan masih banyak pemandangan lagi” syukurlah mereka cinta dengan tanah airnya.
Oleh-oleh yang kami dapat adalah mangga muda, meskipun hanya mangga muda tapi kami merasa sangat puas bisa membawa buah tangan, mangga yang baru dipetik dari pohonya.
Sebelum pulang kami menyempatkan diri sholat ashar di masjid besar yang kami lewati, ternyata menakjupkan jumlah jama’ah solat asharnya sangat banyak meskipun kebanyakan kakek dan beberapa nenek.
Usai solat kami masih sempat duduk di dermaga menghadap ke sebuah pulau di seberangnya yang bernama pulau sambu. Sebuah kapal tanker minyak merapat di depannya, tangki-tangki minyak berukuran raksasa tampak berkilat-kilat terkena pantulan matahari, dan di atas bukit terdapat tulisan “PERTAMINA”. Pulau itulah tujuan wisata kami selanjutnya.
Perjalanan ini membuat saya merasakan “wonderfull indonesia” dan saya menarik kesimpulan bahwa “kita bisa hidup dimana saja, pilihannya cuma dua, apakah kita akan melakukan perubahan pada tempat yang kita tinggali atau kita hanya akan terbawa dengan keadaan yang ada”
Label: Traveling, Batam, Wonderful indonesia, pulau belakang padang, pulau sambu