Powered By Blogger

Sabtu, 23 Juli 2011

Balada Subuh


“Dor…dor..dor..dor..!!!!” suara pintu digedor dengan nada dasar 4/4, Jika belum ada sahutan dari dalam, maka “gedoran” pun berlanjut dengan nada yang lebih tinggi diikuti dengan teriakan.
“Sholat..sholat..sholat..!!!”
“Iya taaaad..” sahut mereka dari dalam kamar
Layaknya alarm, suara itu menjadi penanda datangnya waktu sholat shubuh bagi mereka, suara adzan yang datang dari masjid tak mampu membuat mereka terlepas dari bantal yang menempel di kepala.
Dengan gedoran pun mereka masih tetap berada di atas kasurnya, meski kasur itu tidak empuk sama sekali, tapi menjadi tempat yang nyaman untuk bermalas-malasan. Perlahan, gerakan-gerakan lambat mulai terlihat, satu orang membalikan badan dari kiri ke kanan, satu orang lagi mulai bangkit setengah hati, dengan melipat badannya membentuk posisi sujud, dan yang lain malah menutupi kepala dengan selimut.
Mereka telah menempati kamar itu lebih dari setahun, atas nama ilmu agama mereka datang dari berbagai pulau disekitar batam, menjadikan kamar itu sebagai tempat persinggahan terbaik selama mereka jauh dari mama dan bapak.
Tak ada aroma kopi hangat milik bapak, yang merayu mereka untuk bangun pagi, tak ada juga nasi goreng buatan mama yang harum bawangnya memaksa mereka untuk segera menuju dapur. Mereka hanya sadar bahwa setiap pagi mereka harus sekolah, meskipun bayangan sekolah tidak lebih menyenangkan dari pada tidur.
Sekolah yang menjadi tumpuan harapan mereka, sering mengecewakan. Ketika telah datang tepat waktu ke sekolah, tak satupun guru yang menunjukan batang hidungnya, untuk sekedar mendapat transfer ilmu, tak jarang mereka harus menunggu sampai bosan, sampai muncul semangat pemberontakan untuk meninggalkan sekolah tanpa permisi. Namun tak ada satu pun yang mengerti bahwa pemberontakan itu menunjukan besarnya keinginan mereka untuk mendapatkan pengajaran.
“Kami ingin didengar, kami ingin diperhatikan..” jika mereka sanggup untuk berdemo maka kalimat itulah yang ingin mereka sampaikan.
Balada subuh ini akan terus dan terus berulang sampai masuk ke alam bawah sadar mereka, menjadi kenangan tak terlupakan selama masa sekolah, yang tak ingin mereka lalukan pada anak cucu mereka kelak. Mereka berharap, kelak setiap anak mencintai sekolah, menantikan saat subuh tiba, karena setelah subuh mereka akan menjemput impian mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar